SUARA PESANTREN | Malang–Melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren kini menjadi pilihan orang tua untuk pendidikan anaknya. Pesantren dianggap mampu memberikan pendidikan yang holistik. Mulai dari sisi keilmuan, agama, hingga adab dan etika.
Fenomena ini menarik perhatian Dosen Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Ahmad Fatoni Lc MAg.
“Pesantren adalah lembaga pendidikan yang memiliki sejarah panjang di Indonesia. Keterikatannya juga sangat kuat karena memiliki kontribusi bagi sumber daya manusia di Indonesia. Utamanya, dari segi akidah maupun akhlak,” kata Fatoni, Minggu (23/7/2023).
Dikatakannya, data pesantren dari Kementerian Agama ada 5000 an di Jawa Timur. “Ada tiga pertimbangan yang dapat digunakan orangtua maupun calon santri saat memilih pesantren,” jelas dia seperti dilansit suryamalang.
Menetapkan tujuan anak nyantri
Pertama, menetapkan tujuan anak atau calon santri. Jika ingin menjadi penghafal Al Quran maka carilah pesantren yang memiliki program hafalan di dalamnya.
Jika nanti bertujuan menjadi pakar ilmu agama, misalnya literatur keislaman klasik, maka bisa mencari pesantren yang menyediakan sistem pembelajaran berdasarkan kitab kuning atau gundul.
“Jika tujuannya adalah ingin anak menjadi calon intektual ulama, maka carilah pesantren yang memadukan antara pendidikan kepesantrenan dengan pendidikan formal.”
“Biasanya pesantren terkait mengintegrasikan ilmu-ilmu umum dengan ilmu agama khas pesantren,” imbuhnya.
Menentukan model yang dibutuhkan
Selanjutnya, yang kedua, saat menentukan pesantren adalah menentukan model yang diinginkan. Secara umum, pesantren dibagi menjadi dua, yakni tradisional dan modern.
Tradisional atau salafi biasanya menekankan pada kitab-kitab kuning atau kitab gundul.
Pada model pesantren ini melarang santrinya untuk mengenyam pendidikan formal supaya lebih fokus menguasai kitab-kitab. Jika santri ingin mendapatkan pendidikan formal, biasanya santri diminta mencari di luar pesantren. Model lainnya adalah model modern.
Di sini santri tidak hanya belajar ilmu keislaman saja namun juga diajarkan ilmu-ilmu umum tentang teknologi maupun bahasa.
Dalam kata lain, model modern ini tidak hanya menitikberatkan untuk belajar kitab-kitab kuning saja.
Melihat rekam jejak dari pesantren
Maka setelah orangtua sudah menetapkan tujuan dan model pesantren orangtua atau calon santri, langkah berikutnya yang ketiga adalah melihat rekam jejak dari pesantren yang akan dipilih.
“Misalnya dengan melihat alumni yang ada. Apakah banyak yang berhasil atau sukses dan mampu bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya.
Ia mengingatkan, menurutnya kunci sukses sebuah pesantren adalah sistem belajarnya, lalu kualitas alumni, kiprah pimpinan pondok serta jasanya di masyarakat.
Jika pesantren itu baru dan belum memiliki alumni, orangtua bisa datang langsung ke lokasi untuk mengecek dan observasi.
“Dengan melihat secara langsung, apakah pesantren tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan,” pungkasnya. [nk]