PESANTREN | Bandung–Pandemi Covid-19 telah memaksa kita semua, termasuk kalangan pendidik dan lembaga pendidikan Islam untuk berubah. Proses pembelajaran yang biasanya on campus dengan cara tatap muka, kini harus dilakukan secara online.
Tapi, prinsipnya pendidikan harus menyampaikan tiga aspek yaitu kognitif, psikomotik dan afektif semua bisa berjalan optimal. “Aspek kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik (ketrampilan) bisa dilakukan secara online. Guru atau dosen memberikan materi atau bahan ajar secara online. Tapi, di bidang afektif ( dan sikap atau akhlak) kepada peserta didik tak semua selesai dengan pembelajaran secara online,” kata Direktur Pasca Sarjana UIN Walisongo Prof. Dr. Abdul Ghofur dalam webinar kerja sama UIN Walisongo dan Uninus, Senin (14/7).
Menurut Prof. Ghofur, menjelang era new normal ini, para pendidik dan dosen harus bisa merubah mindset atau pola fikir. “Ke depan, guru harus bisa menyampaikan mater ajar dengan baik, sekaligus menanamkan nilai sikap dan perilaku atau akhlak yang baik ke peserta didik.”
“Ini (transfer of kowledge sekaligus menanamkan nilai-nilai akhlak) kepada peserta didik tidak mudah. Apalagi di tengah dinamika global yang serba canggih dan online sekarang. Tapi sebagai guru/dosen harus bisa melakukan itu sebagai wujud tanggung jawab profesi, sekaligus membangun generasi muda yang baik dan unggul di masa depan,” kata guru besar bidang pendidikan itu.
Bukan hanya itu, menurut Prof. Ghofur, kukrikulum atau konten yang disampaikan dalam pendidikan di era online juga sudah berbeda. “Kurikulum pendidikan juga harus dinamis dan luwes sesuai dinamika dan tuntutan masyarakat, orang tuah bahkan dunia usaha yang berkembang kian cepat,” pinta Prof Ghofur.
Menurutnya, menjadi guru/ dosen di era new normal harus makin kreatif dan inovatif. Mereka dituntut bisa mengajar dan memacu motivasi belajar anak didik, sekaligus menanamkan nilai-nilai akhlak yang utama kepada mereka.
“Sebagai umat Islam, tentu patokan dan sumber segala nilai kita adalah Al Quran dan Sunnah Nabi Saw. Pendidikan harus mampu menghasilan sosok manusia yang unggul dan bisa mengatasi tantanganz aman, tapi tidak tercerabus dari nilai-nilai agamanya, yaitu Islam yang kaffah,” papar Prof Ghofur.
Peran Orang Tua atau Keluarga
Pada kesempatan sama, Prof.Dr. Fatah Syukur,M.Ag dari UIN Walisongo menambahkan, di era new normal serta proses pembelaran jarak jauh (online), maka peran sekolah atau kampus akan semakin kurang. Guru tak bisa sepenuhnya bisa mengawasi dan menanamkan nilai-nilai akhlak kepada anak didiknya. “Apalagi, dengan sistem belajar online, anak-anak justru lebih banyak di rumah bersama orang tua atau keluarganya,” kata dia serius.
Dalam kondisi seperti itu, menurut Prof. Fatah Syukur, maka peran dan fungsi keluarga harus diperkuat. “Orang tua, kakak atau anggota keluarga lainnya harus bisa berperan sebagai pendidik dan fasilitator bagi anak-anak dalam belajar di rumah,” katanya dalam sesi webinar yang dipandu Dr. Muhammad Rozikin dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu.
“Belajar dengan sistem online, anak tak cukup dikasih gadget atau laptop serta pulsa yang cukup. Masih perlu pendampingan dari orang tua, terutama bagi anak-anak usia SD-SMP. Orang tua harus bisa menjadi “guru yang baik” sekaligus teman bermain di rumah,” pinta Prof. Fatah Syukur.
Anak-anak, menurut dia, harus didampingi dan dipandu untuk tetap bisa belajar dengan baik di rumah. Ada kalanya, mereka belum paham hanya belajar secara online atau menyimak pesan atau instruksi guru melalui media daring.
“Dalam kondisi tersebut, maka peran orang tua sangat dibutuhkan.Jangan biarkan anak belajar secara mandiri full, karena belum tentu semua materi pelajaran bisa dipahami dengan belajar dari rumah tersebut,” kilah Prof. Fatah.
Jika adalah masalah, menurut Fatah Syukur, maka pihak siswa atau orang tua perlu segera berkomunikasi dengan baik ke pihak guru atau sekolah. “Apalagi, komunikasi dua arah itu kini bisa dilakukan secara online. Tapi, kaidah dan tata cara berkomunikasi antara siswa atau orang tua dengan sekolah atau gururnya harus dengan caranya yang baik,” kilah Fatuh Syukur.
Baik Fatah Syukur atau Abdul Ghofur sepakat, pembelajaran secara online memang memberikan berbagam kemudahan dan keuntungan. Tapi, menanamkan nilai dan akhlak kepada siswa atau peserta didik tetap perlu.
“Disinilah peran guru dan orang tua semakin dibutuhkan. Bagaimana membina anak-anak berkomunikasi dan menjalin silaturahmi yang baik dengan guru dan sekolah harus menjadi prioritas utama,” tegas Abdul Ghofur. [rojin/bisnisnews.id]