SUARA PESANTREN | Surabaya–Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menyayangkan wali murid yang menyekolahkan anakanya ke Pondok Pesantren (Ponpes). Imbasnya, sekolah swasta di Kota Pahlawan kekurangan murid.
“Kita nanti akan ubah sistem setiap sekolah, (kenapa) kok larinya banyak yang ke sana (ponpes),” kata Eri, seperti dilansir Medcom.id, Rabu, 19 Juli 2023.
Eri menyebut jumlah siswa yang mendaftar di sekolah swata menurun dari tahun sebelumnya. Semula terdapat tiga kelas berkurang menjadi dua kelas. Salah satunya adalah SMP Tenggilis Jaya yang hanya mendapat dua siswa baru, dan satu di antaranya mengundurkan diri.
Menurut Eri, ada beberapa faktor sekolah swasta di Surabaya sepi peminat. Selain biaya, kurikulum pendidikan sekolah swasta di Kota Pahlawan dinilai kurang berkualitas.
“Sekarang tren-nya berbeda, lebih banyak anak yang sekolah di pondok. Mungkin ingin membentuk karakter anak,” ucap dia.
Eri menegaskan pihaknya akan menganalisis mengapa banyak orang tua yang memilih pondok pesantren ketimbang sekolah swasta. Sehingga dirinya tahu apa yang harus diubah dari pendidikan sekolah swasta di wilayahnya.
“Banyak orang tua lebih yakin dengan sistem ada agamanya, pendidikan kebangsaan. Makanya kita nanti akan rapatkan terkait sistem sekolah,” ujarnya.
Sementara itu, Kasi Pendidikan Madrasah (Penmas) Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Surabaya, Fatkhul Mubin, mengakui terjadi peningkatan jumlah siswa yang mendaftar di madrasah. Namun, ia tak memerinci berapa persen peningkatan tersebut.
“Untuk siswa madrasah setiap tahun grafiknya meningkat, bahkan di luar kota lebih parah lagi. Misalnya di Blitar setiap murid SD, SMP itu tiap tahun berkurang empat sampai tujuh siswa,” terangnya.
Fatkhul menyebut banyak orang tua memilih pondok pesantren atau madrasah karena ingin anaknya memiliki akhlak yang baik. Sehingga pondok pesantren atau madrasah adalah tempat yang tepat bagi anak.
“Anak di sekolahkan ke pondok, karena orang tua ingin membentuk Akhlakul Karimah pada anak,” jelas dia. [nk]