SUARA PESANTREN | Jakarta–Muhammad Irzal, sosok pengusaha alumni Gontor yang memproduksi masker di bilangan Pekalongan ini tak ingin menjadikan momen musibah dunia ini sebagai ajang untuk meraup untung berlipat ganda. Meski permintaan masker banyak, ia tidak lantas memainkan harga yang berlipat.
Lelaki kelahiran Pekalongan, 31 Agustus 1977 ini menjelaskan, bahwa produksi masker yang ia jalankan untuk kebutuhan pemerintah. “Sebagai produsen masker yang mana sampai hari ini semua produksi kita jual ke pemerintah dalam rangka membantu penghentian penyebaran virus dan membantu kebijakan pemerintah,” tegas pria yang pernah nyantri di Pondok Modern Darussalam Gontor ini.
Perusahaan kain kasa, kapas dan masker ini hanya memproduksi masker untuk kebutuhan medis atau masker bedah dengan standart kesehatan yang memiliki daya proteksi virus hingga 80 persen. “Kami menjual masker dengan harga yang wajar tanpa meraup keuntungan yang besar di atas penderitaan orang lain,” ungkapnya.
Selain memproduksi masker, USM Berkah Indonesia juga mulai melayani pemesanan untuk kebutuhan rumah sakit berupa Alat Pelindung Diri (APD) baju. “Kita baru mengawali untuk pembuatan APD baju ini,” ungkapnya.
Sebagiamana komitmen dalam menjalanan bisnis peralatan kesehatan ini, Irzal juga tetap memberikan edukasi kepada masyarakat untuk menjalani hidup sehat. Di antaranya adalah menjalin kerjasama dengan pemuda di kelurahan dan lingkungan mengadakan penyemprotan disinfektan seminggu sekali dan membagikan masker ke para medis di beberapa puskesmas di Jawa Tengah dan warga di lingkungannya.
“Keberkahan yang kita dapatkan adalah bukan keuntungan materi semata, tetapi kami bisa membantu masyarakat, membantu pemerintah dan para medis dalam pemenuhan kebutuhan APD yang vital standart kesehatan,” ujarnya.
Keberkahan berikutnya, tambah Irzal, Allah SWT menunjukkan kepada dunia bahwa bisnis itu tidak dilihat dari materi atau benda yang dibisniskan, tetapi setiap materi yang dibisniskan mempunyai nilai yang lebih, orang tidak menyangka dan tidak melirik bisnis masker justru sekarang semua orang berburu manjadi pebisnis dadakan masker dengan berbagai standar masing-masing.
“Selama pandemi kami tidak bisa menghitung berapa jumlah masker yang kita produksi, karena kita ada dan tidaknya pandemi tetap produksi secara maksimal,” jelasnya.
Bisnis yang halal dan thayyib
Irzal akan selalu berusaha meningkatkan kualitas produksinya, karena ia ingin perusahaan yang ia kelola ini menjadi yang terbaik dan terdidik di antara produsen lain. Terutama lebih bermanfaat untuk umat dan bangsa.
Irzal juga dalam menjalankan bisnisnya ini menjunjung tinggi proses bisnis yang halalan thayyiban. Berbisnis dengan barang yang baik, yakni barang yang bukan curian, barang sampah atau barang jelek. Caranya juga harus baik, yakni cara mendapatkan barang adalah baik, cara membuatnya baik dan menjual barangnya dengan baik, tidak main curang bahkan menipu.
Proses penjualannya juga dengan cara yang baik, yakni tidak main sogok, tidak nepotisme bahkan tidak menggunakan kekuasaan untuk kepentingan bisnisnya. “Maka menjual masker dengan kualitas yang baik dan dengan harga yang wajar tanpa mendapatkan atau mencari keuntungan yang besar dari musibah yang diderita masyarakat kita,” tuturnya.
Irzal meyakini dengan cara yang halalan thayyiban, Allah akan memberikan keberkahan kepada bisnis yang jalani dan dijauhkan dari adzab-Nya. “Karena apa yang kita jual dan kita lakukan akan kita pertangguangjwabkan di hadapan Sang Pencipta dan Pemberi Rizki yakni Allah SWT,” tegasnya.
Memulai Bisnis dengan jatuh bangun
Sejak tahun 2005, Muhammad Irzal ini sudah aktif berjualan batik di daerah Pekalongan. Namun setelah dua tahun menjalani usaha batik dan gagal, lalu ia hijrah mencoba peruntungan di bisnis usaha grosir sembako serta ikut model bisnis multi level marketing (MLM) bahkan jualan handphone. Seperti usaha batik, dua tahun berjalan bisnis grosir dan jualan handphone juga gagal.
Tak kenal menyerah, Irzal mencoba melihat cerug lainnya seperti membuka konveksi. Saat itu, mendapatkan order pembuatan seragam baju. “Alhamdulillah bisa berjalan sampai awal Maret 2010,” kenangnya.
Namun usaha sembako yang ia rintis malah mengalami kemandekan dan akhirnya ia ubah menjadi bisnis Warung Internet (warnet) dengan brand La Tansa Net. Saat itu, ia mendapatkan permodalan dari Baitul Mal wa Tamwil Muhammadiyah (BTM).
“Modal tersebut saya gunakan ditambah dengan modal hasil penjualan toko grosir sembako setahun kemudian yang tadinya 10 unit PC menjadi 20 unit PC. Dan untuk mengembangkan bisnis konveksi dengan jualan batik ke luar daerah,” ujarnya.
Sembari mengembangkan warnet, Irzal juga mencari peluang bisnis lainnya. Ia melihat ada peluang bisnis dari produk kain kasa. Tepatnya Juli 2010, ia pun mencoba bisnis kasa dengan pertimbangan bahwa kasa adalah alat medis yang habis dipakai lalu dibuang.
Bermula dari modal 5 juta mengawali bisnis kasa tersebut sampai sekarang. “Alhamdulillah dalam perkembangannya kami juga bisa produksi kapas kesehatan dan masker 3 play,” katanya.
Awal merintis kain kasa ini produksi bahannya semi jadi dan produksi bahan menjadi siap jual. Namun karena permintaan pasar yang terus meningkat dengan permodalan dari pihak ketiga, akhirnya Irzal memproduksi sendiri dari benang sampai barang siap jual. “Pasar kain kasa, kapas dan masker merk Darma Husada sudah merambah dari Aceh sampai Papua,” tegasnya.
Agar usahanya mendapatkan legalitas, akhirnya Irzal membuat CV. Usaha Berkah Mandiri (USM) pada 2010. Seiring waktu bisnisnya berjalan, ia pun mengubah badan hukum CV menjati PT USM Berkah Indonesia.
Dari pertumbuhan yang baik, perusahaan ini akhirnya bisa membangun tempat untuk memproduksi sendiri di atas lahan 500 meter hibahan dari orang tua. “Alhamdulillah dengan jerih payah dan landasan mencari rizki karena Allah semata, perusahaan tersebut berkembang pesat tanpa saya duga,” terangnya.
Brand Darma Husada
Brand merk Darma Husada ia sematkan dalam produknya karena ia mantan Ketua Club sepak bola di Pondok Gontor yang bernama Dharma Jaya tahun 1994/1995. Saat itu pernah menjadi juara di Gontor Cup. “Saya salah satu ketua club sepak bola yang gagal naik kelas VI karena firqoh Darma Jaya,” kenangnya.
Dari nama tersebut selain mengingatkan klub bolanya, juga memiliki filosofi agar selalu bersedekah dalam kesehatan. Darma bermakna sedekah dan Husada bermakna kesehatan.[fath]
Sekilas CV
Nama : Muhammad Irzal
Pendidikan :
– SDM 01 Bligo Pekalongan
– MTs PPMI Assalam Solo
– MA PPMI Assalam Solo
– KMI PM Gontor Ponorogo
– S1 ISID Gontor
– S2 UIN Sunan Kalijaga Jogja
– S3 UIN Sunan Kalijaga Jogja
Organisasi :
– Ketua IKPM Gontor Cab. Pekalongan 2010-2015
– Ketua LazizMu PCM Pekajangan 2010-2015
– Ketua Dewan Pendidikan kab. Pekalongan 2010-2015
– Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Cab Pekajangan 2015- sekarang
– Ketua Dewan Pesantren IMBS pekajangan 2015- sekarang
– Ketua Forbis Wilayah Pekalongan 2018- sekarang
– Ketua Humas Pengurus Komas Pusat
– Anggota Jaringan Saudagar Muhammadiyah Indonesia – skrg
– anggota Ikatan Saudagar Muslim Indonesia – skrg
– Anggota Lembaga Pengembangan Pesantren Wilayah Jawa Tengah
– Anggota Tim Penyusun Pesantren Muhammadiyah PP Muhammadiyah
– Penasehat Ponpes Darus Sa’adah Bogor
Perusahaan :
– Direktur dan Komisaris PT. USM Berkah Indonesia