SUARA PESANTREN | Bangka–Sebanyak 1200 santri dan santriwati serta seluruh guru Pondok Modern Daarul Abror (PMDA) Bangka, Provinsi Bangka Belitung, mengikuti seminar literasi. Kegiatan tersebut guna memaksimalkan talenta para santri selama mondok.
Kegiatan yang digelar pada Sabtu 12 Maret 2022 ini didampingi langsung para pimpinan PMDA Bangka, KH Sofyan Abu Yamin, Ustaz Syamsudin Zakaria, Ustaz Ahmad Yani Azhari, dan Marbawi selaku pembantu urusan eksternal pondok dan inisiator seminar sekaligus CEO Institut Studi Strategi Indonesia (ISSID).
Marbawi mengatakan awal Januari tahun ini perencanaan literasi terstruktur diawali dengan seminar Tantangan Pesantren di Abad 21. “Ini adalah kick-off dari semua agenda seminar dan pelatihan yang akan memetakan dan memaksimalkan talenta santri selama mondok dan juga embrio Lembaga Manajemen Talenta Daarul Abror (Abror Talent Center) ke depan,” kata Marbawi dalam rilisnya, Kamis (17/3/2022).
Dalam arahannya Pimpinan PMDA Bangka, KH Sofyan Abu Yamin mengharapkan prakarsa ini terimplementasi dengan baik ke depannya. “Sehingga ini dapat menjadi contoh bagi pesantren lainnya,” ujar Sofyan.
Sementara Pengasuh dan Direktur TMI Pondok Modern Daarul Abror, Ustaz Ahmad Yani mengatakan bahwa menggunakan media sosial sama dengan mengendarai kendaraan bermotor. Yakni harus cukup usia, paham aturan, tahu lokasi yang dituju, jangan tergesa-gesa sehingga tidak terjadi kecelakaan.
“Di gerbang Pondok Modern Daarul Abror ada tulisan ‘Ke Daarul Abror Apa Yang Kamu Cari?’, di internet juga demikian. Kejelasan tujuan hidup, cita-cita sangat menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan para santri di internet,” ucap Ahmad.
Pondok Modern Daarul Abror Bangka juga menghadirkan dua narasumber nasional, Luqman Hakim Arifin selaku CEO Renebook dan Turos Pustaka dan Hariqo Satria selaku Pengamat Medsos dan CEO Komunikonten.
Dalam presentasinya Luqman Hakim Arifin menekankan pentingnya kesadaran literasi sejak dini di kalangan santri. “Salah satu caranya adalah dengan menciptakan habit membaca dan menulis yang terencana,” tutur Luqman.
Selain itu, salah satu tipsnya adalah dengan menciptakan kesadaran tentang pentingnya ilmu dalam hidup, menyiapkan “reading zone” dan menetapkan “reading time” dalam kehidupan sehari-hari santri. “Kemampuan literasi adalah kunci ilmu pengetahuan untuk meningkatkan dan memajukan diri sendiri maupun orang lain,” katanya.
Sementara Hariqo Satria menyampaikan dalam RUU Perlindungan Data Pribadi diusulkan bahwa anak usia di bawah 17 tahun belum boleh memiliki akun medsos dan menggunakannya. Saat ini PMDA Bangka sudah menerapkannya demi menjaga para santri.
“Saya mengisi materi literasi digital di banyak tempat. Bedanya di Pondok Modern Daarul Abror Bangka ini literasi sudah menjadi gerakan sistematik, bukan lagi sekadar kegiatan,” kata Hariqo. [roj]