SUARA PESANTREN | Palembang–Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga dipimpin oleh KH. Tol’at Wafa Ahmad, Lc. yang juga alumni Pondok Modern Gontor Jawa Timur. Lembaga pendidikan islam ini merupakan pesantren modern yang ada di Palembang. Pesantren ini memiliki fasilitas yang tidak biasa dimiliki oleh pesantren lain, yakni danau yang menjadi penyejuk bagi penghuni pondok dalam belajar.
Danau Telok Putih, itulah nama danau yang berada tak jauh dari Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga. Pesantren ini dikelilingi oleh keindahan alam yang memikat. Tak heran jika para wali santri yang berkunjung ke pesantren ini selalu menikmati sejuknya danau Telok Putih.
Danau ini menjadi magnet tersendiri, tidak hanya bagi para santri, tetapi juga bagi orang tua yang datang dari jauh untuk menemui anak-anak mereka. Berada di kawasan pesantren, Danau Telok Putih menawarkan suasana yang damai dan alami, sehingga siapa pun yang berkunjung akan merasakan ketenangan yang menyejukkan jiwa.
Di sekitar Danau Telok Putih, terdapat berbagai spot foto menarik yang menjadi daya tarik bagi pengunjung. Banyak orang tua santri memanfaatkan kesempatan ini untuk mengabadikan momen berharga bersama anak-anak mereka dengan latar belakang pemandangan danau yang memukau. Spot-spot ini telah menjadi favorit baik bagi pengunjung pesantren maupun para fotografer yang ingin menangkap keindahan serta ketenangan alam di sekitarnya.
Tidak hanya orang tua santri, Danau Telok Putih juga ramai dikunjungi wisatawan pada akhir pekan, baik keluarga yang ingin berlibur maupun kelompok ibu-ibu dari berbagai Majelis Ta’lim di daerah sekitar Palembang yang melaksanakan program wisata religi. Hal ini disampaikan oleh Ustadz Lazuardi, salah satu pengurus Danau Telok Putih seperti dilansir RRI Palembang.
Selain menyediakan fasilitas penginapan dan wisma, Danau Telok Putih juga menawarkan berbagai kegiatan rekreasi, seperti sepeda air, waterball, perahu, serta tempat pemancingan dan restoran seperti Resto Pondok Rangon dan Raudhah Chicken, yang memberikan kenyamanan lebih bagi pengunjung.
Tagline “Enjoy RU” menjadi simbol harapan agar setiap pengunjung dapat menikmati pengalaman yang menyenangkan selama berada di kawasan Danau Telok Putih dan dapat menceritakannya kepada orang lain setelah pulang. Untuk memberikan kenyamanan kepada orang tua yang datang dari jauh, Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga menyediakan akomodasi yang dirancang khusus, sehingga mereka dapat beristirahat dengan baik setelah perjalanan panjang. Dengan berbagai fasilitas yang memadai dan lokasi yang strategis, penginapan ini menjadi pilihan ideal bagi orang tua yang ingin menghabiskan waktu lebih lama di pesantren.
Sejarah dan Perkembangan PPRU
Sejarah perkembangan Pondok Pesantren Raudhatul Ulum (PPRU) Sakatiga dari embrio hingga keberadaannya saat ini, melalui 3 ( tiga ) fase sebagai berikut :
-
Era Cikal Bakal ( 1930 -1950 M )
Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga merupakan salah satu pesantren yang cukup terkenal dan tersohor dikalangan masyarakat propinsi Sumatera Selatan. Pesantren ini merupakan estafet dari dua madrasah di desa Sakatiga sebelum zaman kemerdekaan Republik Indonesia. Madrasah Al-Falah dan Al-Shibyan merupakan cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren Raudhatul Ulum.
- Madrasah Al-Falah
Madrasah ini didirikan Oleh KH. Bahri bin Bunga pada tanggal 15 syawal 1348 H atau tahun 1930 M yang kemudian diteruskan oleh putra beliau KH. Abdul Ghanie Bahri. Madrasah ini banyak menghasilkan tokoh agama dan pemuka masyarakat yang tersebar di wilayah Sumatera Selatan dan Negara Republik Indonesia. - Madrsah Al-Shibyan.
Pelopor berdirinya madrasah ini adalah seorang ulama besar di Propinsi Sumatera Selatan yaitu KH. Abd. Rahim Mandung dan KH. Abdullah Kenalim yang dirintisnya pada tahun 1936 M., 9 tahun sebelum Republik Indonesia diproklamasikan. Hidup dalam masa pergolakan kedua madrasah ini harus berhadapan dengan bermacam-macam tantangan dan hambatan khususnya dari pihak penjajah.
- Madrasah Al-Falah
-
Era Lanjutan Perjuangan ( 1950-1986 M )
Tahun 1950 kesepakatan tokoh-tokoh masyarakat Sakatiga Inderalaya, propinsi Sumatera Selatan dibentuklah satu panitia khusus untuk melanjutkan dan menghidupkan kembali usaha-usaha yang pernah dirintis oleh madrasah Al-Falah dan Al-Shibyan sebelumnya. Tanggal 1 Agustus 1950 panitia tersebut menyepakati untuk mendirikan lembaga pendidikan formal yang diberi nama Sekolah Rakyat Islam (SRI), yang didalamnya mencakup Sekolah Menengah Agama Islam (SMAI) atau setara madrasah tsanawiyah, dari kedua nama ini (SRI dan SMAI) kemudian disederhanakan lagi menjadi sebuah lembaga yang bernama : Perguruan Islam Raudhatul Ulum Sakatiga (PIRUS) dan nama ini sekaligus dijadikan nama Yayasan Perguruan Islam Raudhatul Ulum Sakatiga (YAPIRUS) dengan Akte Notaris Aminus Palembang No. 21.A 1966. Dibawah YAPIRUS ini mulai diperjelas status/tingkatan pendidikan yang ada menjadi 4 ( Empat ) jenjang pendidikan formal yaitu :
- Madrasah Tahdhiriyah ( TL )
Madrasah Tahdhiriyah merupakan madrasah yang paling dasar atau tingkatan paling rendah dalam kelembagaan ini. - Madrasah Ibtidaiyah ( MI )
Madrasah Ibtidaiyah adalah madrasah lanjutan dari madrasah Tahdhiriyah. Madrasah ini terus tumbuh dan berkembang sehingga dikenal oleh masyarakat sebagai madrasah yang berhasil dalam membina anak didiknya, selama menjalankan masa pendidikan santri dan santriwati diberikan pelajaran dengan metode yang variatif dan berkesinambungan oleh para pendidik, pengasuh dan juga para kyai senior. Mereka ditanamkan pembinaan akhlaq karimah, wawasan keislaman dan ilmu-ilmu umum serta berbagai keterampilan.
Prestasi yang mengembirakan disambutan hangat oleh pihak pemerintah, yang ditandai dengan PIAGAM PENDIDIKAN yang diberikan kepada madrasah ibtidaiyah oleh Jawatan Pendidikan Agama Jakarta pada tahun 1960. Madrasah Ibtidaiyah resmi didirikan pada tanggal : 1 Agustus 1950 M dengan No : 12 tahun 1945 jo. No : 4 tahun 1950 pasal 10 ayat 2. - Madrasah Tsanawiyah ( MTs)
Madrasah Tsnawiyah (MTs) ditempuh dalam kurang waktu 3 (tiga) tahun. Madrasah Tsnawiyah ini berdiri tanggal 1 Oktober 1957, dan mendapatkan piagam pendidikan madrasah tingkat tsanawiyah dengan nomor : D.6.307.111.88 dan NSM : 212160212007. - Madrasah Aliyah ( MA )
Madrasah Aliyah (MA) berdiri tepatnya pada tanggal : 25 Oktober 1957, mendapatkan piagam pendidikan madrasah tingkat aliyah dengan dengan nomor : NPT.W.F.6.4.07.017.88 dan NSM : 312160212018.
Era kedua ini (1950-1986 M) madrasah telah menunjukkan kemajuan yang mengembirakan baik fisik maupun non fisik. Hal ini didukung oleh data statistik jumlah siswa tahun 1967 yang mencapai 911 orang yang berasal dari berbagai penjuru Sumatera bagian Selatan dan daerah sekitarnya.
- Madrasah Tahdhiriyah ( TL )
-
Era Penyempurnaan Dan Pengembangan (1986 s.d Sekarang)
Meninggalnya pimpinan Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga, KH. Abdullah Kenalim pada tahun 1984, terjadi kevakuman kepemimpinan untuk melanjutkan perjuangan para pendahulunya. Tanggal 8 Agustus 1986 melalui musyawarah YAPIRUS Sakatiga menetapkan pimpinan (mudir) baru Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga adalah Al-Ustadz KH. Tol’at Wafa Ahmad, Lc, yang baru kembali dari tempat tugasnya di kedutaan Saudi Arabia Jakarta untuk melanjutkan perjuangan. Beberapa langkah kebijakan yang dilakukan antara lain:
- Membenahi stuktur keorganisasian yang ada di lingkungan Pondok Pesantren.
- Meninjau kembali kurikulum yang berlaku sebelumnya dan menyempurnakan dengan sistem terpadu antara kurikulum Pondok Modern Gontor, Pondok Darussalam Jakarta dan Ma’ahid Islamiyah dalam dan luar negeri serta kurikulum Departemen Agama dan Dinas Pendidikan Nasional.
- Menyempurnakan nama pondok yang semula bernama “Pondok Pesantren Perguruan Islam Raudhatul Ulum Sakatiga” menjadi “Pondok Pesantren Radhatul Ulum” atau lebih dikenal dengan sebutan PPRU.
Selama kepemimpinan beliau PPRU memiliki 7 (tujuh) jenjang pendidikan formal dan masing-masing diberikan nama sebutan khusus sesuai dengan hasil konsorsium pengurus PPRU, yaitu : TAKIRU (Taman Kanak-Kanak Islam Raudhatul Ulum), MIRU (Madrasah Ibtidaiyah Raudhatul Ulum), MATSARU (Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Ulum), MARU (Madrasah Aliyah Raudhatul Ulum), SMP-IT RU (Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Raudhatul Ulum), SMA-IT RU (Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Raudhatul Ulum) dan STITRU (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raudhatul Ulum). Serta 1 (satu) lembaga non formal yaitu : MATQULARU (Madrasah Tahfizhul Qur’an Lil Aulad Raudhatul Ulum).
Penyempurnaan dan penataan di berbagai sektor terus dilakukan dengan penuh perencanaan dan terarah untuk menuju kualitas dan daya saing yang dicita-citakan, penyempurnaan-penyempurnaan itu sebagai berikut :- Menyempurnakan arti “Pondok Pesantren” itu sendiri yang sebelumnya santri/wati tidak diasramakan (madrasah lepas). Tanggal 1 September 1986 dibukanya lokasi kampus A Pondok Pesantren Raudhatul Ulum dengan program awal menempatkan para santri di asrama (boarding school), asrama pertama diberi nama asrama Abu Bakar As-Siddiq.
- Mengupayakan penambahan asrama santri, ruang belajar, perpustakaan, masjid, dapur, sarana olahraga, laboratorium, sumber air bersih, MCK dan lain-lain.
- Menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga pendidikan lain dan instansi-instansi untuk menjalin kerjasama, berkonsultasi, bantuan guru pendidik, membeli buku-buku pelajaran dan bertukar informasi.
- Menghimpun tenaga-tenaga pembina, pendidik yang profesional dan terampil serta berjiwa pejuang yang ikhlas dari jajaran generasi tua maupun generasi muda.
- Menjadikan pesantren sebagai pusat dakwah Islamiyah dengan membuka pengajian untuk masyarakat di lingkungan pondok dan mengadakan Bi’tsah Ad-dakwah (mengutus da’i-da’i) ke daerah-daerah pedesaan dengan melibatkan para ustadz/ah dan santri/wati senior.
- Mengupayakan dana untuk kelangsungan hidup pondok dari swadaya murni, sumber-sumber yang halal dan tidak mengikat.
Alhamdulillah semenjak diterapkan sistem pondok pesantren secara utuh (boarding school), ketertarikan masyarakat semakin tumbuh, perhatian dan dukungan moral serta material diberikan kepada pondok ini. Terbukti dengan meningkatnya kuantitas dan kualitas santri dari tahun ke tahun.
Pesantren Modern di Palembang
Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga adalah Lembaga pendidikan Islam yang dikelola oleh Yayasan Perguruan Islam Raudhatul Ulum Sakatiga (YAPIRUS), berlokasikan di desa Sakatiga kecamatan Inderalaya kabupaten Ogan Ilir provinsi Sumatera Selatan.
Tanggal 1 Agustus 1950, Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga didirikan, merupakan estafet perjuangan dari dua madrasah, yaitu Madrasah Al-Falah (1930) yang didirikan oleh KH. Abd Ghani Bahri dan Madrasah Al-Shibyan (1936) yang didirikan oleh Kyai Abd. Rahim Mandung dan KH. Abdullah Kenalim.
Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga telah berkiprah di tengah-tengah masyarakat dan sekarang telah memasuki usianya yang ke-74 tahun, dengan kepemimpinan yaitu :
- KH. Abdullah Kenalim (tahun 1950-1984)
- KH. Hizbullah Abdul Muthollib (tahun 1984-1986)
- KH. Tol’at Wafa Ahmad, Lc. (tahun 1986-2004)
- KH. Abdul Karim Umar (tahun 2004- 2010).
- KH. Tol’at Wafa Ahmad, Lc. (tahun 2010 – Sekarang)
Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga telah memiliki 7 (tujuh lembaga formal dan 1 (satu) lembaga non formal yaitu : Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak Islam (TKIS), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT), Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu (SMA IT) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) dan Madrasah Tahfizhul Qur’an Lil Aulad (MATQULARU).
Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga memiliki komitmen yang kuat dan cita-cita yang luhur yaitu ; “ Menjadi Pusat Keunggulan (Centre of Excellence)”. Cita-cita ini adalah kekuatan yang mendorong semangat berkarya dan berinovasi segenap civitas akademikanya, sehingga dapat mengangkat kualitas pesantren dalam meraih keunggulan.[]