SUARA PESANTREN | Depok—Perkembangan pesantren tahfidz di Indonesia cukup signifikan, banyak pesantren yang memberikan fasilitas lengkap untuk proses Pendidikan para santrinya yang ingin menghafal al-Qur’an.
Pesantren tahfidz menjadi pilihan tepat bagi para orangtua yang ingin putra putrinya belajar agama Islam secara lebih mendalam dipadu dengan hafalan al-Qur’an secara intensif dalam satu lingkungan yang kondusif dengan peraturan yang telah dirancang untuk proses Pendidikan.
Di antara pesantren tahfidz terpadu yang di dalamnya ada pembelajaran tingkat SMP dan SMA adalah Pesantren Tahfizh Terpadu Madinatul Qur’an Depok. Pesantren yang biasa disebut dengan MQ Depok ini memberikan fasilitas Pendidikan untuk tingkat SMP, SMA dan Ma’had Aly.
Sejarah Berdirinya MQ Depok
Berjamaah membawa berkah, begitulah rutinitas para pendiri Pesantren Madinatul Qur’an Depok. Berawal dari sebuah obrolan ringan yang terlontar ketika menyiapkan kegiatan dakwah, disepakati untuk mendirikan lembaga pendidikan pesantren tahfizh. Saat itu hanya sebatas ide, mimpi dan cita-cita karena dana dan penunjang lain belum ada.
Menurut Ketua Yayasan Madinatul Qur’an, KH. Dr. Sholihien Hadziq, SH.I, MP.I bahwa berdirinya Pesantren Madinatul Quran ini tak lepas dari kegiatan para pendiri yang komitmen dalam kegiatan dakwah. Setiap pekan berkumpul di sebuah majelis untuk mendiskusikan berbagai hal yang bukan hanya sekedar menimba ilmu pengetahuan tapi berdiskusi merencanakan kegiatan-kegiatan dakwah apa yang bisa dipersembahkan untuk umat Islam.
Suatu hari, di tahun 2008 para pendiri Yayasan yang berjumlah 10 orang dari latar belakang yang berbeda-beda, baik pendidikannya maupun pekerjaannya sepakat untuk merintis pesantren. Mereka adalah Albaini Zuhdi, S.Pd (seorang guru teladan sebuah sekolah negeri di Jakarta), Ali Amril, S.Si, (Aktifis KNRP, Komite Nasional untuk Rakyat Palestina), Ir. Arief Surdijanto (pemborong properti), Hendri Yadi Chaniago, S.Pd (TU salah satu sekolah islam terpadu di Depok), Kyai Khoirul Muttaqin, Lc, Alhafizh, Lutfi, SE (Swasta), Dr. Sholihien Hadziq, S.H.I., M.P.I. (guru PAI salah satu sekolah islam terpadu di Depok), Wardi, S.Pd (guru PAI salah satu sekolah islam terpadu di Depok), Zainal Muttaqien (staf pengajar salah satu lembaga tahfizh), Oktori Winarno, A.Md (guru salah satu sekolah negeri di kota Depok).
“Meskipun kesepuluh orang ini memiliki latar belakang yang berbeda, namun memiliki satu visi dan misi yang sama dalam berdakwah yang justeru karena latar belakang yang berbeda ini mereka bisa berhimpun untuk saling melengkapi,” terangnya.
Adalah KH. Khoirul Muttaqin, Lc, Alhafizh satu diantara kesepuluh orang ini yang memiliki kemampuan lebih di bidang agama, selain seorang hafizh dengan kwalitas mutqin dan bersanad, suaranya yang indah, juga beliau menjadi pembina banyak Majlis Taklim di sekitaran ibu kota (khususnya). Dan secara rutin selama bulan suci Ramadhan beliau menjadi imam dan penceramah di masjid Al-Ikhlas, Amsterdam, Belanda. Kegiatan ini berjalan lebih dari lima belas tahun.
Menyadari pentingnya regenerasi da’i untuk melanjutkan estafeta dakwah, akhirnya mereka sepakat membuat sebuah yayasan yang bernama Madinatul Qur’an Depok yang disahkan di hadapan notaris Titiek Soebekti, SH pada 17 April 2009.
Dengan berbekal dana yang bersumber dari jamaah di Amsterdam, para pendiri mencari sebidang tanah untuk perintisan pesantren. Ketika proses pencarian, tim dipertemukan Allah dengan Ustadz Abdul Wahid (alm.), perintis Majelis Taklim Baitus Syaakirin Depok untuk melihat tanah yang ada di Cilodong, yang sekarang menjadi Pesantren Madinatul Quran kampus Madinah.
Setelah memiliki tanah, para pengurus bersama-sama mencari pendanaan dari berbagai sumber, baik Majlis-majlis Taklim, DKM-DKM, Perusahaan ataupun perseorangan.
Masjid Pesantren adalah bangunan pertama yang didirikan dengan bantuan dana dari Yayasan Hilal Ahmar, sebuah lembaga yang mengelola dan menyalurkan dana kemanusiaan yang bersumber dari para donatur asal Timur Tengah.
Dalam sebuah kegiatan taklim rutin, salah seorang jama’ah meminta Kyai Khoirul Muttaqin untuk mengajar ngaji di rumahnya. Beliau adalah Ibu Hj, Balgis Murad Haris, isteri dari Bapak H. Abdul Satar.
“Pada suatu kesempatan usai mengajar Kyai Khoirul Muttaqin mengutarakan niat untuk membangun pesantren. Respon istimewa dari beliau diwujudkan dengan mewakafkan tiga rumah yang ada di Perumahan Mekar Perdana, Depok Timur untuk tempat belajar para santri,” kisahnya.
Berbekal ketiga rumah ini dibangunlah asrama dan tempat pembelajaran yang diberi nama Ma’had Madinatul Qur’an Kampus Mekah sebagai tempat pengkaderan bagi para calon guru Al-Quran yang kelak mengelola pesantren secara keseluruhan
Penamaan kampus Mekah bukan tanpa alasan, ini memiliki makna filosopi. Selain karena berlokasi di Perumahan Mekar Perdana, juga sebagai kampus pembinaan awal sekaligus pengkaderan da’i yang siap langsung terjun berdakwah.
Program di kampus Mekah ini adalah membina para mahasantri/wati untuk memiliki hapalan Al-Quran secara mutqin (baik), memberikan pembekalan ilmu-ilmu syari’ah (dirosah islamiyah) serta life skill sebagai bekal kehidupannya. Program ini dibiayai sepenuhnya oleh para donatur baik personal, lembaga swasta, instansi ataupun majelis-majelis taklim dan DKM.
Pada tahun 2023 ini jumlah mahasantri baik putra ataupun putri berjumlah 48 orang terdiri dari 24 putra dan 24 putri, berasal dari berbagaai daerah di Indonesia dengan sebaran yang merata.
Sementara kampus Madinah Cilodong, menyelenggarakan pendidikan formal setingkat SMP dan SMA dengan program terpadu, memadukan kurikulum diknas, pesantren dan tahfizh Al-Quran sebagai program unggulan. Jumlah santri pada tahun 2023 ini adalah 468 terdiri dari 324 santri SMP putra, 35 santri SMP putri dan 108 SMA putra.
Saat ini, Pesantren Madinatul Quran membuka pendaftaran santri baru untuk tahun ajaran 2024/2025. Bagi pembaca yang berminat memondokkan putra putrinya di MQ Depok, bisa langsung kunjungi websitenya di www.madinatulqurandepok.com.[rojink]