Inisiatif memulai KBM di pesantren ini, lanjutnya juga didukung para wali santri yang memastikan kesehatan anaknya, sebelum berangkat mondok dengan memeriksakan kesehatan kepada otoritas layanan kesehatan.
Dia menambahkan demikian juga saat para santri tiba di pondok tidak langsung beraktifitas, tetapi menjalani pemeriksaan kesehatan dari Puskesmas terdekat dan menjalani karantina mandiri. Otoritas pelayanan kesehatan di sekitar pondok mestinya mengulurkan tangan membantu pondok dalam mencegah tumbuhnya klaster baru di pesantren.
Terkait adanya beberapa santri yang terjangkit Covid 19, tutur Muh Zen, hal ini tidak bisa digunakan untuk menggeneralisir seluruh pesantren di Jateng. Justru kondisi ini mestinya digunakan untuk instropeksi, bahwa pesantren perlu dibantu untuk mencegah berkembangnya penluaran Covid 19.
Dia menuturkan langkah pesantren ini mestinya dapat menginspirasi para pengelola lembaga pendidikan formal agar proses KBM tidak melulu dilaksanakan secara daring atau virtual saja, mengingat tidak semua peserta didik memiliki sarana komunikasi untuk mengikuti kegiatan belajar lewat daring.
“Mestinya ada jalan keluar untuk memenuhi kendala ini agar hak untuk mengikuti KBM bagi semua siswa bisa dipenuhi, caranya bagaimana bisa disiapkan dengan baik dan cepat. Sarana, fasilitas pendukung dan alokasi anggaran yang ada bisa dimaksimalkan,” tuturnya.[rojink]