SUARA PESANTREN | Jakarta–Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (Laziz-NU) PBNU, Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU, Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PBNU, dan Bank Mega Syariah meluncurkan Pesantren Hijau.
Melalui program pesantren hijau, pihaknya mengharapkan bisa mencetak santri yang tak hanya paham teks agama, tapi juga mengamalkan di kehidupan sehari-hari dalam bentuk sadar lingkungan. Itu merupakan amalan dari Surah Al-Baqarah ayat 30.
Dalam ayat tersebut, Allah mengamani manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi. Bumi dan segala isinya dianugerahkan kepada manusia. Manusia juga diwajibkan mengelola bumi dan segala isinya agar bisa digunakan untuk kebaikan seluruh alam, bukan hanya untuk manusia saja.
“Kita salah satu unsur di dalam masyarakat berkewajiban pula dalam rangka menjalankan amanah kita selaku manusia,” kata Sekretaris Lazis-NU PBNU, Moesafa, dilansir kanal TVNU, Rabu (7/9/2022).
Menurut Moesafa, mencetak santri sadar lingkungan sangat penting, sebab mereka merupakan calon dai dan ulama yang akan terjun ke tengah masyarakat. Dengan begitu, mereka akan membawa kesadaran tersebut di tengah masyarakat.
“Jadi kita berpikir sederhana sebelum kita melangkah keluar, kita maksimalkan dulu pemahaman kesadaran dan aksi dari kita dan keluarga besar kita, tidak perlu khawatir ke depan kita akan juga sentuh pihak-pihak lain atau pihak luar,” ujarnya.
Program pesantren hijau baru dilaksanakan di tujuh pesantren di lima provinsi. Pemilihan itu berdasarkan hasil koordinasi, riset dan evaluasi. Moesafa berharap dari tujuh pesantren itu bisa menginspirasi pesantren lain.
“Kami yakin apapun yang kita lakukan sekecil apapun yang kita lakukan pasti akan mempunyai dampak yang besar terhadap kehidupan yang lebih besar, terkait dengan isu lingkungan saya kira pesantren ini juga menjadi titik yang strategis, karena di lingkungan pesantren banyak masyarakat dan di pesantrennya sendiri berkumpul banyak manusia dengan santri yang begitu banyak,” kata Moesafa.
Hal serupa disampaikan Ketua Lazis-NU PBNU, Habib Ali Hasan Al Bahar. Dia mengatakan, program pesantren hijau dilaksanakan di tujuh pesantren yang akan mengawali kesadaran santri terhadap lingkungan.
Sebelum Allah menciptakan manusia, seperti termaktub dalam Surah Al-Baqarah ayat 30, malakat sudah memprediksi manusia akan berbuat kerusakan di muka bumi. Malaikat menyampaikan, mereka yang selalu taat kepada Allah lebih layak daripada manusia.
Namun, dalam ayat itu, Allah menegaskan, manusia memiliki apa yang tidak dimiliki para para malaikat. Lalu, Allah mengajarkan kepada Nabi Adam AS segala jenis benda dan fungsi-fungsi ciptaan Allah.
“Kemudian Nabi Adam yang Sudah paham dipamerkan Allah di depan malaikat, malaikat yang tadinya bertanya-tanya sekarang ditanya (Allah), tolong jelaskan apa fungsi-fungsi dari semua ciptaan ini?” Ucap Habib Ali Hasan.
Pada akhirnya malaikat mengakui dan memui Allah. Mereka mengakui tidak ada ilmu pengetahuan yang dimiliki kecuali apa yang diberikan oleh Allah. Sementara, Nabi Adam mengetahui segala fungsi-fungsi ciptaan Allah.
“Di dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa kita sebagai manusia, semua alam raya ini bersaudara dengan kita, di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang bicara soal alam semesta dan lingkungan. Begitu pula hadits Nabi Muhammad SAW yang semestinya mendorong kita sebagai muslim untuk memastikan bahwa alam ini adalah amanat yang Allah berikan kepada kita, lingkungan itu mendapatkan dari apa yang kita lakukan,” jelas Habib Ali Hasan. [fro]