SUARA PESANTREN | Pamekasan–Direktur Aswaja Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNI) Provinsi Jawa Timur, KH Ma’ruf Khozin menilai pesantren sebagai tempat terbaik untuk membentuk moral umat Islam Indonesia.
Hal tersebut disampaikan saat mengisi kegiatan ‘Ngaji Akhlak’ dalam kegiatan Pekan Ngaji 6 Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, Panaan, Palengaan, Pamekasan, yang secara resmi dibuka pada Selasa (16/3/2021) malam.
Pembahasan tersebut selaras dengan motto Pesantre Bata-Bata (sebutan lumrah Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata), yakni ‘Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya daripada Kecerdasan’. Di mana Kiai Ma’ruf Khozin juga menekankan pentingnya introspeksi dan mengaplikasikan etika murni dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, mmenjaga etika dengan menerapkan prilaku positif juga sangat penting untuk ditunjukkan kepada masyarakat. Sebab hal itu menjadi alasan awal seseorang untuk memberikan penilaian kepada orang lain. “Perlu kita ketahui bersama bahwa hal yang paling mencolok dapat diamati dari setiap orang bukan terletak pada kecerdasan maupun kekayaannya, tetapi pada akhlak yang tercermin dalam perilaku sehari-hari,” tegasnya.
“Dari itu mari kita bersama sekaligus berkomitmen agar selalu memprioritaskan akhlak dibandingkan lainnya. Sedikitnya standar akhlak itu ada tiga, yaitu wajah yang sumeringah, melakukan hal terbaik kepada orang lain, serta tidak menyakiti orang lain,” jelasnya.
Tidak kalah penting dari semua itu, era milenial yang ditandai dengan era disrupsi justru dapat membawa peluang negatif bagi tatanan kehidupan yang ditandai dengan kemerosotan moral. “Fenomena ini dapat kita lihat dengan semakin terkikisnya nilai-nilai moral, seperti etika anak kepada orangtua dan lainnya,” imbuhnya.
“Termasuk juga era milenial yang ditandai dengan digitalisasi yang mengakibatkan bidang keilmuan tidak jelas karena kemudahan akses internet. Sehingga siapapun dapat menjadi ustadz dan penceramah dadakan, itupun tanpa harus ada background pendidikan agama yang jelas. Sehingga para santri hrus mampu tampil dan mengambil peran dalam menyebarluaskan ilmu yang dimiliki di pesantren,” pungkasnya.
Untuk diketahui, pelaksanaan Pekan Ngaji 6 yang dijadwalkan digelar selama sepekan kedepan, berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya. Di mana para tahun ini hanya diperuntukkan untuk internal pesantren dan tidak untuk masyarakat umum, hal tersebut akibat adanya pandemi Coronavirus Disiase 2019. [rojink]